Negeri ini memang kaya
Kaya orangnya, kaya binatangnya
Kaya alamnya, kaya budayanya
Negeri ini memang kaya
Kaya pejabatnya, kaya penjahatnya
Kaya idenya, kaya sejarahnya
Negeri ini memang kaya
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh di makammu
Bertanya tentang Indonesia kini
Hei Bung Karno
Nyenyakkah tidur abadimu
Ku datang mengganggu istirahatmu
Negeri ini memang kaya
Kaya rakyatnya
Yang menangis di ujung malam
Kaya harapannya dan kaya agamanya
Merah putih termangu
Terkulai berdebu
Di pojok gedung bekas penjajah
Pancasila meronta
Garuda terkasih melayang perih
Negeri ini memang kaya
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh di makammu
Tebarkan kembang ibu yang letih
Hei Bung Karno
Nyenyakkah tiduk abadimu
Inikah nyanyian kecewa
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh di makammu
Akankah kisahmu menjadi api
Hei Bung Karno
Nyenyakkah tidur abadimu
Dingin yang aneh menyiksa negeri
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh di makammu
Maafkanlah aku yang cengeng
Hei Bung Karno
Nyenyakkah tidur abadimu
Tularkanlah keberanian itu
Hei Bung Karno
Aku bersimpuh di makammu
Suaramu menggelegar di kalbu
Hei Bung Karno
Nyenyakkah tidur abadimu
Bilakah mimpi itu kan nyata
Negeri ini memang kaya
Kaya penguasanya
Yang miskin hatinya
Indonesia raya kaya marahnya
Indonesia raya yang kaya raya
Negeri ini memang kaya
Minggu, 11 Februari 2018
Kamis, 08 Februari 2018
Libur Kecil Kaum Kusam
Nikmat kau hisap asap tembakau
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan
Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang
Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus
Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja
Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti
Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun
Tuhan rangkullah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka
Pergilah derita ini hari
Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu
Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan
Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang
Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus
Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja
Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti
Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun
Tuhan rangkullah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka
Pergilah derita ini hari
Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu
Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari
Langganan:
Postingan (Atom)